Jumat, 31 Agustus 2007

Negeri

Dan Bulan, Matahari serta Bintang
keluar menyaksikan
parade -arahan- Tuhan

Sementara
saat titik semesta berenang
mungkin juga mengambang

Dalam ruang lama
mungkin pula ramah

Pada titik biru
di situ daratan bermain di air
tak lupa menata lekuk tubuh
melahirkan anak serupa dirinya
membentuk deretan panjang
Bersilang. Kecil, besar, kecil, besar

Ada juga kumpulan menawan
mengingatkan lemak di kiri kanan
perut ayah dan ibu
atau aku

Namun, terpenting
di tubuh daratan juga anak-anaknya
seluruh kutu sibuk menyusun rupa
menghisap tanah, memeras darah
darah sendiri lalu darah lain

Makassar, 30 Agustus 2007

Kamis, 23 Agustus 2007


Tanah, mata dan pintu


Pada tanah retak juga sepi. Kala matahari mondar-balik

setiap hari. Memastikan setiap bayangan tak pergi.
Di belahan Bumi yang terteguk musim panas. Hingga
debu turut merambat bebas. Tak habis-habis ke tiap
paras. Pohon bekerja sesuka hati. Melepas buah
serta rimbunan beban. Segera berganti pakaian
musiman.


Pada sesuatu dihimpun mata. Kala bercermin,
memastikan indahnya. Ada cahaya berkedip-kedip.
Berkumpul. Berbaris tak rapi. Mengundang angin
menabuh genderang. Menari. Berpesta hingga terang

Pada beberapa pintu di tepi.Kala harga diri

melesak tinggi. Memastikan kemarau tak sendiri.
Ada kain kafan putih bertamu. Menghapus semua
bayangan-bimbang. Yang tak tahu cara-curang

Makassar, 13 Agustus 2007


Jelang Terbenam

bola lampu berwarna jeruk tua

menggantung di kejauhan barat cakrawala

Makassar, 14 Agustus 2007

Bersama umurku


Malam senantiasa terbuka

Menyertai yang tak dikenal-langit tak berujung

Dikeningnya segala menyatu pula

Bersama umurku yang mulai merenung

Makassar, 4 Agustus 2007

Dalam tidur dan lamun


Dalam lamun, kau di sampingku
Angin sejuk telah menemukanmu

Lalu kulihat kau ragu
Sejurus kudapatimu dalam danau
Berenang di antara waktu
Menemukan jalanan, rumah, baju
dan perempuan-perempuan batu

Dalam tidur, kau di sampingku
Mimpi telah menemukanmu

Namun, kau terlambat membuka mata

Waktu

Tanpa kita suruh
Menjadikanku salju

Berdiri di antara hantu-hantu
Dalam tatanan serupa ladang tebu
Hanya bisa memberi bahasa baru

Tapi tidak! Tahun telah kembali

Bila kau segera membuka mata
Kita, selamanya, akan berjalan-jalan
Jauh dari jangkauan tidur dan lamun
Membuat rancangan di hari agung

Makassar, 5 Agustus 2007


suatu waktu, menunggu

: tore

kala langit memadamkan baranya
tahukah kau? di pinggir lereng
abu mataku ikut tenggelam bersama senja
menganak mata air
mengairi akar langkah-langkahku
yang menyimpan amanah tanganmu

amblas,
angin mencuri baumu, mengendap-endap
terlebih dahulu memperlihatkan sebuah bingkai
merampas seketika dari jariku
mengurungnya di balik bayangan laut

pasir pun bersekongkol dengan karang
mengikat kakiku dengan gelang
mengundang ombak menghadang pengejaran
bahkan,
menghasut bayanganku tuk melawan

ah! biar aku mengalah
mencari perlindungan pada bunga-bunga putih
-yang-sedari tadi menanti
untuk dapat melihat senyummu

Makassar, Agustus 2006