Rabu, 24 Oktober 2007

Sajak Bermain
:kepada seorang buruh pasir

Bila kau tanyakan satu kisahku
Maka dengarlah ini

Sebelum sahut-menyahut ayam
Mengusir malam
dan mempersilahkan matahari
Bermain seharian di langit

Telah lebih dulu aku juga mereka
Menyusuri hutan
Menuju sebuah sungai di tengahnya
Namun bukan untuk bermain, Kawan

Yang mengalir padanya bukan hanya
Sumber kehidupan ikan atau akar hutan

Di sepanjang kelok perutnya
Menyimpan bertahun kehidupan
kami kemudian

"dua keranjang pasir
setiap hari"

Keranjang itupun kami buat
dari lengan hutan

Karena itu pula telah beberapa kali
Hutan dan sungai marah pada kami

Mereka memanggil hujan
lalu mengajak bermain
Agar dua keranjang pasir
lupa terbawa oleh kami

Telah kuceritakan padamu, Kawan
Satu kisah itu yang dimulai
Sejak harga barang di negeriku
Bermain-main dengan perut
dan otak keluarga kami

Namun bila engkau tanyakan padaku
Kapan aku bisa bermain di sungai itu
Kuyakini tiada dapat mengatakan padamu

Makassar, 0ktober 2007

Sabtu, 20 Oktober 2007

Satu sebab

Sebab kau ambil isi kepalaku
saat itu

Di suatu siang
yang kurasa paling panas
dalam bulan Oktober tahun ini

Saat puasa mengalih perhatian
dari kepalaku

Kau datang mengambilnya
diam-diam
Mengganti isinya dengan replikamu

Sehingga bila siang telah pergi
dan aku sadar kembali

Mataku hanya mengenali
tempat yang pernah kau tuju
Sementara kakiku hanya mengingat
jalan menuju rumahmu

Sebab itu pula!

Sepanjang jalan menuju rumahmu
tak henti ku ditertawai awan
percikan ludahnya
serupa bulir hujan
terkadang serupa embun
yang sekian waktu, lama tertahan

Sebab kau ambil
isi kepalaku

Jariku tak sepenuhnya mencinta puisi
Terkadang jariku pun membenci

Sebab semua yang kau ingin dulu
telah terjadi padaku

Maka kumohon

Kembalikan isi kepalaku!

Makassar, Oktober 2007