Sajak Bermain
:kepada seorang buruh pasir
Bila kau tanyakan satu kisahku
Maka dengarlah ini
Sebelum sahut-menyahut ayam
Mengusir malam
dan mempersilahkan matahari
Bermain seharian di langit
Telah lebih dulu aku juga mereka
Menyusuri hutan
Menuju sebuah sungai di tengahnya
Namun bukan untuk bermain, Kawan
Yang mengalir padanya bukan hanya
Sumber kehidupan ikan atau akar hutan
Di sepanjang kelok perutnya
Menyimpan bertahun kehidupan
kami kemudian
"dua keranjang pasir
setiap hari"
Keranjang itupun kami buat
dari lengan hutan
Karena itu pula telah beberapa kali
Hutan dan sungai marah pada kami
Mereka memanggil hujan
lalu mengajak bermain
Agar dua keranjang pasir
lupa terbawa oleh kami
Telah kuceritakan padamu, Kawan
Satu kisah itu yang dimulai
Sejak harga barang di negeriku
Bermain-main dengan perut
dan otak keluarga kami
Namun bila engkau tanyakan padaku
Kapan aku bisa bermain di sungai itu
Kuyakini tiada dapat mengatakan padamu
Makassar, 0ktober 2007
Rabu, 24 Oktober 2007
Sabtu, 20 Oktober 2007
Satu sebab
Sebab kau ambil isi kepalaku
saat itu
Sebab kau ambil isi kepalaku
saat itu
Di suatu siang
yang kurasa paling panas
dalam bulan Oktober tahun ini
Saat puasa mengalih perhatian
dari kepalaku
Kau datang mengambilnya
diam-diam
Mengganti isinya dengan replikamu
Sehingga bila siang telah pergi
dan aku sadar kembali
Mataku hanya mengenali
tempat yang pernah kau tuju
Sementara kakiku hanya mengingat
jalan menuju rumahmu
Sebab itu pula!
Sepanjang jalan menuju rumahmu
tak henti ku ditertawai awan
percikan ludahnya
serupa bulir hujan
terkadang serupa embun
yang sekian waktu, lama tertahan
Sebab kau ambil
isi kepalaku
Jariku tak sepenuhnya mencinta puisi
Terkadang jariku pun membenci
Sebab semua yang kau ingin dulu
telah terjadi padaku
Maka kumohon
Kembalikan isi kepalaku!
Makassar, Oktober 2007
Langganan:
Postingan (Atom)